
Tonnymarezco.com - Debat Capres tampaknya tidak pernah berpengaruh pada pendukung fanatik. Kesalahan ucapan idolanya adalah tetap kebenaran. Sebaliknya kebenaran lawan tidak pernah bisa dipahami. Padahal seorang Capres beberapa kali menyetujui hal baik dari lawannya. Sebuah contoh kenegarawanan yang mengajarkan ketidakmunafikan kepada bangsanya bahwa kebenaran itu adalah sebuah keniscayaan yang harus diterima meski itu datang dari seorang lawan.
Tetapi debat Capres akan berpengaruh pada pemilih rasional hal ini tampak ketika terjadi perubahan elektabiitas paska debat. Pendukung para capres hendaknya selalu mengembangkan pemikiran rasional dan mengubur dalam pemikiran fanatisme dan emosional sehingga dapat obyektif menilai para calonnya untuk dijadikan pilihannya dalam pilpres 2014.
Beberapa survey menunjukkan bahwa paska debat ternyata merubah elektabilitas para kandidat capres. Meski hal tersebut belum memperhitungkan faktor lainnya. Tampaknya debat capres hanya akan merubah pendukung yang mengedepankan pemikirn rasional. Sedangkan tampaknya pendukung fanatik yang didominasi pemikiran emosional dan jarang menggunakan rasionalitas tidak akan dipengaruhi hasil survey.
Seringkali pendukung fanatik kurang rasional dalam mengungkapkan sikap dan pemikirannya. Apapun salah benar yang terucap dan perilaku jagoannya pasti akan dianggap yang benar dan terhebat. Sikap emosional pendukung fanatik ini membutakan rasionalitas sikap dan pemikirannya. Pendukung fanatik biasanya akan terbelenggu oleh karisma jagoannya yang demikian hebat membentengi otaknya bahwa sang Idola adalah manusia sempurna yang tidak bisa disalahkan siapapun.
Pendukung fanatik
Pendukung fanatik adalah mendukung calon presiden berdasarkan perasaan dan emosional bukan berdasarkan rasionalitas. Biasanya kelompok ini selalu mengatakan bahwa memilih presiden berdasarkan selera. Ketika hanya memandang calon presidennya bertutur, berpakaian maka para pendukung sudah cepat dan terburu-buru jatuh hati sampai mati. Pendukung fanatik ini tidak terlalu mempermasalahkan visi dan misi. Apapun ucapan dan perilaku jagoannya adalah merupakan kehebatan seorang pemimpin idola tanpa cacat. Salah benar ucapan dan tindakan idolanya selalu saja yang terbaik. Biar bumi berguncang, biar matahai terit dari barat, kelompok ini selalu menyerukan pokoknya Jokowi atau pokoknya Prabowo.
Kelompok ini juga dihuni oleh kelompok berpendidikan tidak tinggi, ibu rumah tangga usia lanjut, atau masyarakat dengan pendidikan tidak tinggi, ekonomi rendah atau miskin informasi. Biasanya masyarakat pedesaan atau daerah tertinggal didominasi oleh pemilih emosional. Bila dari golongan pendidkan tinggi dan ekonomi menengah ke atas maka biasaya kelompok ini termasuk individu yang sangat cepat atau mudah jatuh hati da tertarik pada sesuatu yang luar biasa dan menjadi buah bibir dalam masyarakat tanpa berpikir lebih cermat. Biasanya kelompok ini selalu menganggap bahwa semua orang yang memberitakan atau beropini buruk terhadap capresnya adalah merupakan musuh dan selalu mencaci maki bila ada orang yang mengkritisi idolanya. Kelompok ini biasa saja dihuni oleh individu yang keras kepala, mau menang sendiri dan sulit menerima kritik dan masukan orang lain.
Kelompok ini biasanya mudah bersikap memusuhi semua bentuk otoritas, senang mengkritik atau mencemooh orang lain dan selalu menilai orang dari kesalahan dan sifat buruknya. Tetapi sebaliknya bila sudah senang dan mengidolakan seseorang maka akan membela sampai mati tanpa berpikir panjang dan berpikir cemat. Kelompok ini biasanya mudah terbuai oleh tebar pesona dan pencitraan seorang tokoh. Mereka sering tidak menyadari bahwa ketegasan, kepolosan dan kesederhanaan idolanya kadang bukan merupakan ketulusan dan hanya merupakan sandiwara politik da pencitraan.
Pendukung Emosiaonal
Pendukung emosional sulit akan dipengaruhi dengan cara apapun untuk beralih kepada capres lainnya.
Biasanya pendukung emosional berani mengorbankan uang dan tenaga sebesar apapun tanpa pamrih demi kemenangan calonnya. Pendukung emosional biasanya selalu membela capresnya dengan cara yang berlebihan dan mencari alasan pembenaran agar capresnya dianggap sempurna dan tanpa cacat. Pendukung emosonal selalu mengedepankan permusuhan, berdebat kusir dan tidak prcaya fakta dan data yang ada. Biasanya antar kelompok emosional denga capres berbeda sering saling mencaci maki, berkata kasar dan tidak beretika di media maya.
Pendukung Rasional
Sedangkan pendukung rasional selalu mengutamakan rasio dan akalnya tidak berdasarkan emosi dan perasaan. Biasanya kelompok ini tidak hanya memandang kehebatan penampilan, perilaku dan tutur kata capresnya. Tetapi selalu mencermati bahasa tubuh, logika dan tidak mudah tertipu oleh segala macam pencitraan, kebohongan dan sandiwara politik para capres. Kelompok ini selalu cermat mendengar, melihat dan mementingkan visi dan misi para capres. Dalam menentukan kehebatan visi dan misi seorang capres kelompok ini selalu berpikir cermat apakah visi dan misi itu logis dan bukan hanya janji politik belaka. Kelompok ini biasanya tidak mudah menetukan pilihan secara cepat.
Bahkan kadang-kadang bisa berubah menentukan pilihan. Sebelumnya menentukan pilihan pada Capres A tetapi dengan rasio dan akal sehatnya dia bisa merubah pilihannya. Kelompok ini bisanya dihuni oleh orang berpendidikan tinggi, ekonomi menengah ke atas atau orang yang haus informasi dan berita. Kelompok ini biasanya terdiri dari orang bijak, mudah menerima kritik, mudah menerima masukan orang lain, tidak keras kepala, tidak emosonal, tidak terburu-buru dan tenang dalam memustuskan masalah. Individu yang perfeksionis biasanya merupakan pendukung yang rasional. Kelompok ini biasanya berusaha menghindari debat kusir, menghindari kata kasar caci maki, bertutur sopan, beretika dan jarang emosional.
Pemilih tradisional
Biasanya didominasi fanatisme dan pemikiran emosional. Hal buruk apapun dari idolanya tidak menggoyahkan pilihannya. Tetapi pemilih yang rasional menentukan pilihan bukan sekedar perasaan tetapi kualitas kepemimpinannya. Pemilih rasional bisa beralih pilihannya seringkali bukan karena kehebatan capres itu sendiri tetapi lebih karena sisi keburukan sang Capres mulai perlahan tampak. Jangan pilih hanya karena pertimbangan emosional, kedepankan rasionalitas. leh saja rasa fanatisme itu timbul tetapi jangan menutupi pemikiran rasionalitas. Pilihlah demi kepentingan masa depan kamu, keluargamu, agamamu dan bangsamu.
0 komentar